Sebelum menelisik lebih jauh mengenai peran mahasiswa dalam menghadapi bonus demografi, terutama di bidang pendidikan. Mari kita melihat pengertian dari “Bonus Demografi” itu sendiri.
Bonus demografi merupakan sebuah fenomena, dimana struktur penduduk sangat menguntungkan dari sisi pembangunan. Perubahan struktur umur penduduk yang menyebabkan menurunnya angka beban ketergantungan. Sebab jumlah penduduk usia produktif sangat besar, sementara proporsi jumlah usia muda (non produktif) semakin kecil dan proporsi jumlah usia lanjut (non produktif) belum banyak. Bonus demografi ini bisa digunakan sebagai batu loncatan untuk memajukan bangsa dan negara yang bersangkutan.
Penduduk usia produktif itu berusia 15 tahun hingga 64 tahun. Sementara penduduk non produktif atau tidak produktif berusia dibawah 15 tahun dan 65 tahun ke atas. Contohnya, pada tahun 1971, jumlah ketergantungan masih sangat tinggi, yaitu 86 orang tidak produktif ditanggung oleh 100 orang usia produktif. Sementara pada tahun 2000, jumlah ketergantungan sudah mulai menurun yaitu 54 non produktid ditanggung oleh 100 orang usia produktif. Apabila suatu negara gagal dalam memanfaatkan bonus demografi ini maka, jelas akan terjadi kerugian yang sangat besar bagi negara yang bersangkutan khususnya Indonesia. Dan ini yang harus digaris bawahi, kejadian bonus demografi ini belum tentu terjadi setiap tahunnya, bahkan kejadian ini bisa terjadi untuk pertama dan terakhir kali bagi suatu negara.
Di perlukan persiapan yang sangat matang dan terencana agar bonus ini dapat bekerja secara maksimal dengan hasil yang sangat memuaskan. Semua lapisan masyarakat juga turut andil tentunya, dengan porsi mereka masing-masing.
Maka dari itu, untuk meraih manfaat dari bonus demografi ini diperlukan usaha bersama dari seluruh lapisan masyarakat dan lembaga terkait serta pemerintah sebagai agent of development yang ada disuatu negara agar manfaat bonus demografi ini semakin kuat dan semakin besar dampaknya. Anak-anak menjadi syarat mutlak yang harus dipenuhi oleh bangsa ini jika ingin menjadi salah satu pemain utama dalam dinamika global. Tak terkecuali bagi seorang mahasiswa itu sendiri.
Seorang mahasiswa sebagai kelompok generasi terdidik dan berilmu memiliki posisi yang strategis dalam menjadikan dirinya sebagai bagian perkembangan dan pertumbuhan generasi usia emas atau bisa dibilang bonus demografi. Apalagi mereka yang akan menjadi tonggak berdiri serta berjalannya suatu bangsa dan negara.
Dan dalam menghadapi bonus demografi ini mahasiswa dapat menjalankan serta memaksimalkan perannya melalui upaya peningkatan kualitas dan kemampuan diri sendiri. Oleh karena itu, peningkatan kemampuan dan kualitas generasi muda, termasuk mahasiswa sangat penting dilakukan. Ini perlu dilakukan agar mereka menjadi generasi yang kuat dan tahan banting serta dapat memberikan kontribusi bagi pembangunan masyarakat dan bangsa Indonesia di masa depan.
Terlebih lagi, mahasiswa memang sudah dikenal sebagai agent of change, director of change, dan creative minority. Peran tersebut bisa dibuktikan dengan segala upaya dan tindakan untuk ikut serta menuntaskan permasalahan bangsa yang sampai sekarang belum juga usai, termasuk masalah pendidikan. Menelisik peran mahasiswa dalam kesuksesan bonus demografi lebih mengerucut pada partisipasinya mendorong peningkatan kualitas penduduk. Sebab, peningkatan kualitas penduduk yang diperoleh, akan menentukan kualitas pendidikan yang nantinya akan mendistribusikan berbagai macam kebutuhan bangsa dan negara.
Bahkan di era modern seperti ini, banyak para orang tua maupun anak itu sendiri memilih untuk tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Alasan keterbatasan ekonomi selalu menjadi alasan utama bahwa anak tidak melanjutkan pendidikannya. Tanpa pendidikan bangsa kita akan semakin tertinggal dari bangsa lain di dunia. Namun, disisi lain laju pertumbuhan penduduk Indonesia memang perlu diwaspadai. Dengan memperkuat skill dan kemampuan bangsa ini diharapkan pertumbuhan yang tinggi menjadi benefit bagi penguatan SDM Indonesia yang handal. Kenyataan tersebut seharusnya menjadi tantangan bagi kita selaku mahasiswa untuk mendorong para generasi muda untuk bersekolah lebih tinggi. Hal ini bisa diupayakan dengan gerakan-gerakan sosial berbentuk pengabdian atau melakukan progam nyata kepada masyarakat.
Misalnya, dalam Himpunan Mahasiswa atau HIMA dan Badan Eksekutif Mahasiswa atau BEM maupun organisasi mahasiswa lainnya sebagai wadah para mahasiswa menyalurkan minat dan bakat, mereka memasukkan agenda ini ke dalam progam kerja mereka. Para mahasiswa sedang gencar-gencarnya untuk menyalurkan ilmu pengetahuan yang mereka punya ke berbagai daerah di Indonesia, termasuk daerah yang tertinggal dan daerah asal mereka masing-masing. Hal ini diharapkan agar terjadi pemerataan pendidikan untuk menjadi salah satu pondasi menuju terjadinya bonus demografi.
Tentu mahasiswa tidak boleh melupakan sikap pantang menyerah dan putus asa. Seperti perkataan “Kerja keras tidak mengkhianati hasil” bahwa tanpa kerja keras, sulit rasanya untuk mendapatkan kesuksesan. Dan dengan peran mahasiswa seperti itu diharapkan 30-40 tahun ke depan, mereka akan menduduki posisi-posisi penting termasuk dalam sektor negara.
Dan tentu, di zaman yang semakin modern ini, mahasiswa bisa memanfaatkan segala teknologi yang ada umtuk kepentingan kemajuan bangsa, khusunya bidang pendidikan. Mahasiswa juga dituntut untuk lebih cermat dan berpikiran terbuka dalam menghadapi segala isu-isu yang ada. Budaya membaca dengan teliti dan memahami dengan baik juga perlu untuk ditingkatkan, karena sekarang ini banyak sekali masyarakat yang mudah sekali percaya dengan suatu isu yang kebenarannya sendiri belum tentu ada.
Fakta-fakta seperti itu bisa menjadi ganjalan tersendiri maupun menjadi tantangan bagi mahasiswa untuk menghadapi bonus demografi. Dan melihat bahwa telah banyak negara-negara yang lebih dulu mengalami bonus demografi dan sukses untuk memaksimalkannya dengan wujud kesejahteraan masyarakat secara universal, misalnya saja tingkat ASEAN, dimana Singapura dan Thailand sukses melalui bonus demografi. Begitu pula di ASIA, ada Tiongkok dan Korea Selatan. Ini bisa dijadikan tolak ukur maupun pandangan, yang membuat kita terpacu dalam mempersiapkan diri menghadapi bonus demografi.
Jadi, mahasiswa memanfaatkan bonus demografi ini sebaik-baiknya. Tentu hasil yang baik akan berguna bagi diri kita sendiri dan orang lain.
Sekian dan terimakasih.
Sumber:
Comments
Post a Comment